Kamis, Januari 26, 2012

Terima Kasih Indra

Wamsisi, 22 March 2009, 22.15

Malam itu sangat sunyi, mungkin sudah terlampau larut atau cuma perasaanku saja. Tiba2 angin kencang diiringi hujan datang menghampiri , memporak – porandakan semua yang ia jumpai.

“boooom !!!!”
“Apa itu ???” tanyaku kepada rekan kerjaku
“aku tak tahu, mungkin ada pohon yang tumbang” jawabnya sambil berteriak karena takut suaranya tak terdengar olehku karena bunyi 2 buah mesin yang sedang beroperasi saat itu.
Dan seketika kedua mesin yang sedang beroperasi langsung berhenti dengan sendirinya.
“ich gangguan lagi bang” katanya padaku
“iya, kau tunggu disini, ku lepas cut out di desa dulu, jangan lupa aktifin radio, nanti ku panggil lewat radio” perintahku padanya sembari mengambil stochk dan bergegas menuju desa
Setiba di desa aku langsung melepas cut out dan memanggil rekanku lewat radio induk yang sengaja kami letakkan di tengah desa
“bang, cut out dah di lepas, masukin sekrang aja”
“oke” jawabnya
Listrik kembali menyala menerangi desa wamsisi saja, aku belum langsung kembali ke PLTD melainkan memantau kondisi cut out2 lainnya lewat radio.
Alhasil aku menerima berita bahwa gangguan terjadi di desa leku (desa yang merupakan ujung jaringan distribusi PLN SUB RANTING WAMSISI), aku langsung bergegas memberi kabar pada rekanku di PLTD dan memberi pesan agar tetap standby kemudian menuju speed boat yang sedang parkir di pantai seakan menungguku tuk memacunya pergi ke desa oki, tempat cut out kedua terpasang
Dengan nyali pas – pasan aku memberanikan diri tuk pergi sendiri karena tak seorangpun yang bias ku mintai pertolongan.
“hey, mau kemana ?” terdengar suara yang tak asing lagi di telingaku
“lepas cut out di oki” jawabku tanpa melihat siapa pemilik suara tadi
“ku temani ya ?!” tawarnya
“oke” sambil melihat kearahnya, ternyata dia adalah rekanku yang selama ini menghilang entah kemana

Sambil menghisap sebatang rokok, kita menuju desa oki, rekanku mengendalikan mesin tempel di belakang sedangkan aku duduk di depan bertindak sebagai navigator, kami tiba di oki tanpa hambatan, dengan bangganya aku berkata rekanku “asik juga ya lepas cut out malam2, pake speed pula, itung2 jalan2 malam di laut”
“ya begitulah” jawabnya singkat tetapi mendukungku





Pohon batu, 22 March 2009, 23.35

Tanpa sadar kami berdua telah hampir tiba ke kantor PLN SUB RANTING WAMSISI tanpa hambatan, namun disinilah perjuanganku dimulai
Tiba2 badai besar menghampiri kami, gelombang tinggipun muncul dengan tiba2 dan langsung menghancurkan speed boat yang aku naiki, menggulungiku bagai selembar sawi dalam sebuah burger siap saji, serentak membuatku tak berdaya dan tak tahu lagi apa yang terjadi padaku saat itu, aku hanya bisa pasrah menyerahkan semuanya padaNYA

“Tuhan, jika ini adalah akhir dari hidupku maka sempatkan ragaku tuk bertemu kedua orang tuaku” dalam hati aku berkata karena tak mungkin ku bersuara didalam air yang super dingin itu
Kemudian aku beranikan diri tuk membuka mata di dalam air, kulihat rekanku yang berusaha menggapai tubuhku tuk menyelamatkanku. Setelah itu aku tak sadarkan diri dan tak tahu apa terjadi setelah itu.


Hotte, 23 march 2009


“dek, dek, bangun dek” kata seorang lelaki paruh baya yang tak kukenal sambil menampar2 pelan pipiku histeris
“dek, darimana kau dek ?” Tanya lelaki lainnya lagi
“dimana ini bang ?” samar2 suaraku karena pening kepalaku, pandangankupun masih buram
“di Hotte dek” jawab lelaki yang pertama tampak lega
“dia masih hidup” jerit bahagia lelaki yang satunya
“Hotte ? bagaimana bisa ?” tanyaku heran
“Semalam kami lihat adek ngendarai speed boat sendiri gitu, padahal badai baru saja datang, sebenarnya adek mau kemana ?” Tanya lelaki lainnya lagi
“aku tak sendiri, aku bersama rekanku, kami baru aja jalanin tugas, tapi badai menghalangi kami di tengah perjalanan pulang, lalu rekanku dimana ?” tanyaku
“kau sendiri dek, bukan dia saja yang melihatmu, tetapi kami semua melihatmu dek” kata seorang gadis yang mungkin setahun diatasku
“kalau gitu aku mau pulang ke wamsisi, seseorang bisa mengantarku ? kasihan rekanku disana kerja sendiri nanti”

Akupun diantar ke wamsisi oleh kepala desa yang memang berniat pergi ke wamsisi.






Wamsisi, 23 march 2009, 12.30


“bang kemarin gimana ? nyala sampe Oki ?” Tanyaku pada rekanku yang ku tinggalkan semalam
“iya, nyala sampe oki” jawabnya senang
“tapi kemarin kenapa tak pulang, sendiri aku kerja disini, repot tahu !!!” tanyanya lagi
“semalam aku sama In ke oki, eh pas pulang kita tenggelam, speed boat kita hancur panggal2, nati baru diminta lagi deh di cabang” jawabku menerangkan
“dengan siapa ?” tanyanya kaget bercampur heran
“bang In” jawabku
“Indra” tanyanya memperjelas
“iya bang, darimana ya dia ? padahal dia selamat ya waktu kecelakan itu” tanyaku lagi
“kau tahu nda, waktu kau berangkat mayatnya ditemukan mengapung di dekat lokasi tenggelamnya kita waktu itu” jawabnya sedih
“ah jangan bercanda bang, semalam ku jalan sama dia kok” jawabku
“benar dek Indra dah meninggal” kata kepala desa yang mengantarku pulang
“tak mungkin pak, tak mungkin bang, kalian pasti bohong !!!” sambil menangis aku tak percaya
“kalau gitu mari kita ke rumahnya” kata rekanku tuk meyakinkanku

Setibanya di rumah indra aku langsung bertanya kepada keluarganya dan ternyata itu semua benar, Indra telah tiada.

masih mau Lalu Indrakah yang bersamaku malam itu ?
Atau siapa dia ?
Kalau memang dia Indra, terima kasih Tuhan, KAU telah mengirimnya tuk menyelamatkanku …